Ciri-ciri Sururi


CIRI-CIRI SURURI




Tak henti-hentinya fitnah dan tuduhan miring ditujukan kepada radio Rodja. Bukan hanya dari yang kontra, tetapi yang pro kepada dakwah Salafiyah pun menganggap radio yang berdomisili di Cileungsi ini mengajarkan berbagai macam kesesatan.
Meski para penuduh ini tidak bisa mendatangkan hujjah dan bukti, tetapi suara-suara  miring tetap lantang didengungkan. Mereka bukan menjelaskan letak ‘kesalahan’ materi yang disampaikan radio tersebut, tetapi kepada hal-hal yang bersifat operasional dan pendanaan, seperti tuduhan adanya bantuan dari lembaga dan yayasan yang dianggap bermasalah.
Salah satu pemateri radio Rodja, Ustadz Abdullah Taslim, MA menjelaskan selama ini radio Rodja tidak pernah diberi dana atau bantuan oleh lembaga dan yayasan yang dianggap bermasalah oleh para penuduh.
“Radio Rodja tidak didanai oleh  lembaga dan yayasan yang dianggap bermasalah, seperti Ihya Atturots, tetapi berasal dari bantuan kaum muslimin Indonesia,” kata Ustadz Abdullah Taslim dalam acara kajian yang disiarkan langsung oleh radio dan tv Rodja, Senin malam (17/6).


Para ulama yang menjadi pemateri di radio Rodja pun, kata Ustadz Abdullah, adalah murid-murid dari ulama Ahlussunnah seperti syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin dan Syaikh Al Albani.
Para penuduh, biasanya menyebut gelar Sururi (nisbat kepada Muhammad bin Surur, tokoh yang menyimpang dari Arab Saudi –red)  kepada para pemateri dan pendengar radio Rodja.
“Mereka menuduh orang lain Sururi, padahal cirri-ciri Sururi ada pada mereka,” ujarnya.
Ustadz Abdullah menegaskan bahwa sikap para penuduh Sururi tersebut tidak mencontoh  kepada guru-gurunya. “Saya yakin, guru mereka tidak seperti ini sikapnya,” katanya.
Pada sesi tanya jawab, ditanyakan tentang anggapan bahwa dakwah Salafiyah adalah dakwah pemecah belah umat, hal itu terlihat dari para tokoh dan aktifisnya yang saling serang satu sama lain dan terkesan memiliki sikap keras.
Ustadz Abdullah Taslim menampik anggapan tersebut dengan menjelaskan bahwa sikap keras hanya dilakukan oleh oknum Salafi.
“Ini adalah perbuatan oknum, ini kesalahan didikan yang ada pada diri mereka. ini tidak didapat dari para ulama ahlus sunnah seperti syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin dan Syaikh Al Albani,” jawabnya

Sumber : http://www.gemaislam.com/berita/indonesia-news-menuitem/1244-ustadz-abdullah-taslim-radio-rodja-tidak-didanai-oleh-lembaga-dan-yayasan-yang-bermasalah#sthash.09VA9CJY.dpuf

CIRI-CIRI SURURI
Sururiyyah adalah bentuk kata yang disandarkan kepada nama seorang juru dakwah bernama ‘Muhammad surur Zainal Abidin’, yang konon bermukim di Birmingham, Inggris.
Pada awalnya, orang yang satu ini dikenal cukup konsis dengan pemahaman Ahlussunnah. Namun kemudian, terutama pasca perang teluk, ia mulai menggeluti sebuah pemikirang nyeleneh yang berusaha mengakomodir banyak pemikiran gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimin kedalam pemikiran Ahlussunnah. Keyakinan atau pemikiran ‘gado-gado’ itu, kemudian ia kembangkan dan ia klaim sebagai penyempurnaan dari pemikiran Ahlussunnah klasik. Kampanyenya itu disambut oleh banyak tokoh dakwah di berbagai belahan dunia (khususnya dari kalangan Al-Ikhwan Al-Muslimun atau yang sepemikiran dengan mereka). Akhirnya, memang pemikiran itu menjadi musibah cukup menakutkan di kalangan kaum muslimin. Pemikiran itu kemudian juga dikenal sebagai pemikiran Quthbiyyah.
Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad mengatakan, “Kalangan Quthbiyyah (dinisbatkan kepada Sayyid Quthub yang merupakan pemola dasar pemikiran Sururiyyah secara teoritis) dan Sururiyyah tidak bisa dikatakan sebagai Ahlus Sunnah, karena kedua kelompok itu memiliki banyak penyelewengan dalam permasalahan-permasalahan yang sangat serius. Di antaranya, mereka memiliki keyakinan takfir (memfonis kafir sesama muslim) dengan tanpa dalil sedikitpun, baik secara istidlal akal maupun pemahaman nash. Mereka juga memiliki kesalahan yang sangat berat dan fatal berkaitan dengan perkara yang paling besar pula permasalahannya dalam agama Islam, yaitu permasalahan aqidah. Bahkan mereka memaklumkan perang secara hebat terhadap Ahlus Sunnah, baik sebagai pribadi rakyat biasa atau pemerintah.” iv-
Melalui penjelasan dari banyak kalangan Ahlussunnah, dapat disimpulkan bahwa kalangan Sururiyyah memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Lebih banyak memfokuskan diri mengkaji pelbagai persoalan politis ketimbang mempelajari ilmu-ilmu syariat.
2. Kurang mengindahkan bimbingan dan fatwa para ulama, terutama bila bertentangan dengan hawa nafsu dan manhaj yang mereka gandrungi.
3. Seringkali mengecam dan melecehkan Ahlussunnah wal Jama’ah, bahkan menuduh mereka sebagai kaki tangan penguasa, bahkan kaki tangan Zionis Amerika. Namun anehnya, dalam berbagai persoalan fikih ibadah mereka banyak merujuk kepada para ulama tersebut. Sementara bila berbicara masalah politik dan jihad mereka justru mengecam para ulama.
4. Mereka menuduh ulama Ahlus Sunnah sebagai tidak mengetahui fiqhul waqi’ (pemahaman terhadap realita), para ulama dianggap tak ubahnya katak dalam tempurung.
5. Memiliki sikap loyalitas tinggi terhadap Muhammad Surur, Sayyid Quthub, Sayyid Hawa, Salman Audah dan selain mereka dan bara’ (berlepas diri) terhadap ulama-ulama as-Sunnah.
6. Sering melakukan berbagai tindakan politis praktis seperti demonstrasi, orasi politik, mobilisasi massa secara besar-besaran, dan sejenisnya. v-
7. Bersikap lembut terhadap kalangan ahli bid’ah dan bekerjasama dengan mereka, tanpa berusaha menebarkan amar ma’ruf nahi munkar dan memperingatkan mereka terhadap keyakinan dan pemahaman bid’ah oleh kalangan ahli bid’ah tersebut.
Dakwah Sururiyyah pun berkembang. Dan seperti pernah diungkapkan oleh Syaikh Ali Hasan bin Abdul Hamid vi-banyak yang berpemikiran sebagai Sururiyyah, tapi tidak mengenal siapa Muhammad Surur dan tidak tahu apa Sururiyyah itu.
Banyak juga yang secara sadar menganut pemikiran tersebut karena mereka anggap sebagai paham yang paling realistis. Tapi sayangnya benyak pihak yang tidak bertanggungjawab kemudian menggunakan momen penting ini untuk kepentingan pribadi.
Hasad, kedengkian, ambisi, dan kesombongan menjadi faktor utama yang mendorong mereka untuk menggunakan Sururiyyah sebagai peluru tembak. Kemudian diarahkan kepada siapa saja yang mereka kehendaki, bukan kepada siapa saja yang memang pantas dikecam dengan penyimpangan tersebut.

7 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bismillah... Terlepas dari perselisihan,dari kelompok manapun. Dan dengan tidak memihak kelompok manapun dan siapapun,Sebagai sesama muslim, saya hanya ingin bertanya sekalian mengingatkan.

      Masihkah niat kita mencari ilmu dari ustadz2 atau kajian2 salafi untuk mencari ridho Allah?

      Masihkah niat kita menambah ilmu agar Allah mengampuni kita dengannya, atau hanya agar "apabila bertemu jema'ah lain bisa mendebatnya".

      Apa ketakutan kita terhadap banyaknya dosa pada saat baru bertobat masih ada? Atau seiring bertambahnya ilmu, kita lupa pernah berdosa.

      Bagaimana niat kita skrg dalam memilih lingkungan kajian? Apa kita menjauhi sebuah kajian krn ikhwan2 yg ikut kurang salaf/nyunnah? Celana mereka kurang naik? Mereka tidak suka bergamis? Istri mereka tidak bercadar? Mereka salaf abal2? Mereka bersahabat dan suka duduk2 dengan orang2 NU, jamaah tabligh.

      Bisa jadi niat kita lebih bersih dan ingin mendekatkan diri kpd Allah subhanahu wa ta'ala pada saat kita masih di majlis2 dzikir berjemaah, majlis yasinan dan tahlilan, majlis sholawatan.
      Bisa jadi Allah mengampuni kita krn kemurnian niat kita, dan memaafkan kesalahan krn ketidaktahuan kita pada saat itu.
      Bisa jadi kita yg merasa sudah ittiba' ini terkena siksa krn kotornya niat kita.

      Niat yaa akhi.

      Bukankah ulama menempatkan niat di urutan pertama pada "syarat diterimanya ibadah" lalu ittiba' sebagai konsekuensi yg mengikuti.

      Bukankah imam bukhori menempatkan hadist "segala sesuatu tergantung dari niatnya" di mukkaddimah kitabnya.

      Bagaimana bisa kita yg sdh lama mengaji hanya berujung pandai menyoroti kesalahan, dan lupa pelajaran dasar nama dan sifat2 Allah. Bukankah Allah maha mengetahui niat kita, kalau bukan lupa apalagi namanya?





      Hapus
    2. Peringatan:
      Sebagian orang menuduh kami (redaksi dan ustad-ustad Salaf lainnya ,-pen) sebagai sururi, yakni mengikuti pemahaman sesat Muhammad bin Surur, kemudian mereka memperingatkan kaum muslimin agar menjauhi kami.

      Padahal sifat-sifat sururi tidak ada pada kami. Bahkan sifat-sifat itu banyak melekat pada orang-orang yang telah menuduh.

      Maka disini kami nasehatkan dengan beberapa ayat dan hadits tentang bahaya menyakiti kaum muslimin, dan memfitnah mereka dengan perkara yang tidak ada pada mereka. Semoga Allah Taala memberikan petunjuk-Nya kepada mereka sehingga segera kembali ke jalan yang benar. Ingatlah bahwa seluruh perkataan pasti akan dicatat dan tidak akan dilupakan!

      Allah Taala berfirman:

      إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

      (Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu usapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir [Qaf : 17-18]

      Ingatlah bahwa seluruh perkataan pasti dimintai pertanggung-jawaban!

      Allah Taala berfirman:

      وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

      Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. [Al-Israa : 36]

      Ketahuilah bahwa menyakiti orang-orang mumin dan muminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, merupakan kebohongan dan dosa yang nyata!

      Allah Taala berfirman:

      وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

      Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mumin dan muminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [Al-Ahzab :58]

      Ketahuilah bahwa satu kalimat saja dapat menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan barat!.

      Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

      إِنْ الْعَبْدِ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهِا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِ قِ وَالْمَغْرِبِ

      Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dia fikirkan (baik atau buruknya) pada kalimat itu. Kalimat itu menyebabkan dia terjerumus ke dalam neraka lebih jauh dari timur dan barat. [HR. Bukhari, Muslim, dari Abu Hurairah].

      Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan bahaya tuduhan yang tidak benar dengan sabdanya:

      لاَيَرْمِي رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوقِ وَلاَ يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَا حِبُهُ كَذَلِك

      Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan, dan tidaklah dia menuduh orang lain dengan kekafiran, kecuali tuduhan itu kembali kepadanya jika yang dituduh tidak seperti itu. [HR. Bukhari dari Abu Dzar].

      Beliau juga memberitakan ancaman bagi orang yang membuat fitnah atas seorang mukmin dengan sabdanya:

      وَمَنْ قَالَ فِي مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ

      Barangsiapa berbicara tentang seorang mukmin apa yang tidak ada padanya, niscaya Allah tempatkan dia di dalam lumpur racun penghuni neraka sampai dia keluar dari apa yang telah dia ucapkan, dan dia tidaklah akan keluar! [HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Baihaqi, dari Ibnu Umar, di shahihkan Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi di dalam Ruyah Waqiiyyah hal: 84]

      Hendaklah saudara-saudaraku mengetahui, kalau hanya sekedar tuduhan, maka dengan sangat mudah setiap orang akan dapat melakukannya

      Lebih lengkap

      Sumber: https://almanhaj.or.id/968-siapakah-sururi.html

      Hapus
    3. Semoga Alloh Subhanahu wa ta'ala menyelamatkan kaum muslimin dari jeleknya paham sayyid qutub ini.
      Dan tidak duduk bermajelis mengambil ilmu dengan para da'i yang mengikuti pahamnya atau da'i yg sekedar memujinyaa...atau da'i da'i yg berteman dengan para pembela paham sayyid quthub ini. Karena akan begitu nampak sekali kesamaran sesuatu dr yg ketiga macam ini di mata salafiyyin dan kaum muslimin.

      Dan semoga da'i da'i yg menisbahkan pada bendera dakwah salafiyyah ...tidak terbawa euforia dakwah ikhwani (para pembela sayyid quthub)..
      Dengan berbagai gaya necis ikhwani, iklan ilkan dgn akting bak artis, campur baur nya, ber bantah bantahan nya dengan Ahlul bid'ah di muka umum....dan segala macam bermudah mudahnya yg mereka pilih utk sekadar meraih simati.
      yang kesemuanya cara cara ini pada akhirnya merendahkan dakwah salafiyah. .dan tidak pernah di contohkan para salaf .

      Nas'allohu assalamah wal afiyah.

      Allohu A'lam bishawab

      Wa baarokallohu fiikum

      Hapus
  2. Seringkali kita jika memabahas suatu persoalan masing mengeluarkan dalil, apalagi yang sudah taraf ustad mungkin banyak lagi dalil yang bisa disampaikan, juga diikuti kata kata yang mengagumkan baguli yang membacanya, tapi sayang kebenaran masih belum nampak bagi sebagian oranng.
    Kalau kita mau berpikir dengan otak dingin dan rasional diharapkan kebenaran dari sebuah fakta akan cepat diperoleh. Maka sebenarnya jika timbul suatu permasalahan seperti ini yang harus dilakukan adalah penuduh hendaklah menyampaikan bukti bukti baik berupa dokumen, ucapan ucapan orang yang menyaksikan fakta fakta yang mendukung kemudian fakta fakta dan bukti bukti yang ada dibahas dengan Al Qur'an dan As Sunah sehingga kita semua tahu yang sebenarnya, bukti bukti yang ada itu seperti apa, apakah bukti yang ada representatif sebagai bukti, dan kesimpulan apa yang didapat dari bukti dan fakta yang ada.
    Wallohu 'alam

    BalasHapus
  3. adit nugraha ente berbicara sok kenal dengan sayyid qutb padahal hanya sebatas berita yg kamu ketahui

    BalasHapus
  4. Setyo Utomo, lalu apa yg Anda ketahui perihal Sayyid quthb?
    Apakah anda benar² mengenal nya?
    Lebih daripada para 'ulama Ahlussunnah yg memperingatkan tentangnya??

    Banyak saudara-saudara semuslim begitu bersemangat ingin membela Islam, namun tidak bersedia mengilmuinya terlebih dahulu.

    #rujukan peringatan atas sayyid quthb bukanlah sebatas dari berita² kosong, namun berasal dari penelitian,penjelasan-penjelasan dari para ulama yg meneliti kitab² (dan pemikiran) SayyidQuthb. Allahu a'lam.

    BalasHapus