Langkah mana yang kan kau pilih??



Fatwa Syaikh ‘Abdul Muhsin Al ‘Abbad -hafizhahullah-
Penanya:
Syaikh kami –semoga Allah selalu menjaga Anda-, termasuk taufiq yang Allah berikan kepada kebanyakan para penuntut ilmu, yaitu menghadiri (kajian) Muqaddimah Shahih Muslim melalui penjelasan Anda. Akan tetapi nikmat ini, yaitu kaedah-kaedah yang disebutkan oleh Imam Muslim menjadi rancu atas sebagian (mereka). Diantara mereka, ada yang mengaplikasikannya terhadap sebagian saudaranya dari kalangan ahli sunnah.
Apabila ada seorang ulama berijtihad membid’ahkan seseorang, namun (ulama) yang lain menyelisihinya, maka mereka mengharuskan yang selain mereka untuk membid’ahkannya. Kemudian mereka berpindah kepada orang-orang yang menyelisihi mereka, lantas mereka pun memboikotnya dan memperingatkan manusia agar menjauh darinya, dengan keyakinan bahwa inilah manhaj Salaf.


Padahal akidah kedua belah pihak adalah satu dan manhaj keduanya juga satu. Sementara di sebagian besar negeri mereka ini sudah tersebar kesyirikan, perbuatan sihir, dan tasawwuf. Apa nasehat (Syaikh) yang dapat menjelaskan kebenaran dan mempersatukan barisan?
Jawab:
Bahwasanya orang yang diberi taufiq oleh Allah, hendaknya menjelaskan kebenaran, dan memohon petunjuk kepada Allah untuk orang yang diberi penjelasan tersebut. Namun sesudah itu dia tidak perlu memantau (perihal)nya, (sehingga) bila orang yang diberi penjelasan tidak melakukan (yang dijelaskan kepadanya) itu, dia pun diboikot dan tidak diajak bicara, seperti yang terjadi pada sebagian penuntut ilmu yang kecil.
Mereka tidak mengetahui sedikit pun tentang agama, sedangkan mereka berada di Eropa, di timur, maupun di barat. Yakni mereka sedikit pun tidak mengetahui perkara-perkara yang mendasar tentang agama, akan tetapi mereka terkontaminasi dengan masalah pembid’ahan dan boikot. Yakni si Fulan membid’ahkan si Fulan dan barangsiapa yang tidak membid’ahkannya berarti dia juga ahli bid’ah dan diboikot. Ini bukanlah metode Salaf.
Dahulu Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz –rahimahullah- tidak melakukan yang demikian itu. Alangkah banyak bantahan beliau, tetapi beliau sibuk dengan ilmu, dan beliau tidak memantau (perihal) orang yang beliau bantah. Beliau hanya menjelaskan kebenaran kemudian beliau berjalan diatas kegiatan ilmu. Inilah metode yang benar.
Adapun yang diperbuat oleh orang-orang kecil dari para penuntut ilmu yang berada di berbagai tempat, sedangkan mereka tidak mempunyai ilmu sedikit pun, mereka hanya menghadapi saudara-saudara mereka, si Fulan ahli bid’ah bila engkau tidak membid’ahkannya maka kami akan membid’ahkanmu, padahal saudaranya itu termasuk ahli sunnah.
Pembicaraan ini terhadap sesama ahli sunnah bukan dalam Pembicaraan terhadap sekumpulan ahli bid’ah. Karena terkadang diantara ahli sunnah terjadi sesuatu yang disandarkan kepada mereka, bisa jadi benar dan bisa jadi tidak benar, namun perbuatan yang seperti ini tidak diperbolehkan.
Dan hal ini juga tidak dikenal dari Salaf umat ini, bahwa salah seorang diantara mereka bila berbuat kesalahan maka dia diboikot, dibid’ahkan, dan manusia dituntut untuk membid’ahkannya atau memboikotnya. Ini bukan bagian manhaj salaf.
Contoh yang paling dekat, yaitu guru kami Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz, Allah telah memberi kemanfaatan dengan (keberadaan)nya, kemanfaatannya telah mencapai berbagai penjuru (dunia), melalui kedua tangannya telah lahir kebaikan yang cukup banyak, dan bantahan-bantahan beliau juga cukup banyak, tetapi beliau menyibukkan diri dengan ilmu.
Tidak pernah kepedulian beliau, bila beliau membid’ahkan seseorang, lantas beliau mengatakan harus mengambil ini, bila tidak (maka) barangsiapa yang tidak membid’ahkannya berarti dia menjadi seorang ahli bid’ah dan diboikot. Hal ini tidak pernah terjadi dari syaikh dan tidak pula dari orang-orang yang berjalan di atas jalan beliau rahimahullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar