Nasehat untuk Saudaraku Ahlissunnah



الحمد لله وصلى الله وسلم على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن اهتدى بهداه إلى يوم الدين. أما بعد

Mengawali risalah ini, saya bawakan kepada pembaca yang budiman firman Allah ta’ala yang menegaskan ikatan persaudaraan setiap mukmin, wajibnya memperbaiki hubungan di antara mereka, dan perintah bertakwa kepada-Nya dalam hal itu, firman-Nya,

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ 
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat limpahan rahmat". (QS. al-Hujurat: 10).

Kemudian termotivasi dari sebuah hadis Nabi yang agung yang diriwayatkan imam Muslim rahimahullah dalam sahihnya dari shahabat Tamim bin Aus ad-Dary radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"الدين النصيحة", قلنا: لمن؟ قال: "لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمة المسلمين، وعامتهم"
"Agama adalah nasehat". Kami bertanya untuk siapa (Ya Rasulullah) ? beliau menjawab, "Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan umumnya mereka."




Maka, terpanggilah saya untuk menerangkan sedikit kebaikan yang saya ketahui. Sebagai nasehat bagi saya pribadi dan siapa saja yang membacanya bagi siapa yang niatnya mencari kebenaran. Saya bagi tulisan ini menjadi tiga bagian:
  1. Alasan menulis surat ini
  2. Masalah dan keterangannya
  3. Nasehat

A. Alasan Menulis
Dengan sangat menyedihkan saya katakan bahwa akhir-akhir ini timbul kembali perselisihan di antara sesama ahlis sunnah. Perselisihan itu terjadi karena adanya perbedaan sudut pandang mengenai TV/Radio Rodja. Meskipun menurut penulis, hal itu sebenarnya bukan pokok masalahnya, tetapi tidak lebih hanya satu cabang dari masalah yang ada selama ini. Di sini penulis tidak bermaksud membahas jauh tentang Rodja karena saya kira adanya rekom dan kerelaan para masyaikh kibar ahlis sunnah utamanya seperti syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr dan putera beliau syaikh Dr. Abdurrazzaq al-Badr hafizhahumullah paling tidak sudah cukup menjadi pertimbangan sisi syar’inya media tersebut. 

Di sisi lain, dan yang sangat disayangkan, masalah furu’ seperti ini oleh para penuntut ilmu dijadikan sebagai ajang al-wala wal bara (menjalin keloyalan kepada satu pihak dan memusuhi pihak yang lain) yang diterapkan kepada sesama ahlis sunnah. Padahal semestinya kehadiran media siaran seperti ini sangat patut kita syukuri, kita dukung dan kita sosialisikan di tengah-tengah masyarakat di tengah maraknya media siaran umum yang sarat dengan kelalaian, perbuatan dosa, kefasikan, maksiat bahkan kekufuran–wal’iyadzubillah–semoga Allah senantiasa memelihara kaum muslimin dari padanya.[1] 

Selanjutnya, mereka yang kontra terhadap TV Rodja ini–secara umum sampai para senior mereka–kebanyakan tidak mendatangkan dalil/alasan syar’i untuk melarang menonton media ini kecuali fatwa yang datang dari seorang ulama, yakni syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah atau masyaikh yang berjalan di belakangnya. Fatwa syaikh tersebut dibangun di atas pertanyaan yang diajukan oleh saudara-saudara tadi yang sejak awal memang telah menyimpan ‘sesuatu’ terhadap TV Rodja dan ditambah lagi adanya tuduhan syaikh kepada salah seorang pemateri yang aktif di TV tersebut.

Berangkat dari ini semua, maka saya akan menerangkan sedikit tentang kedudukan syaikh Rabi’ hafizhahullah di mata ulama-ulama di Arab Saudi secara khusus tentang fatwa beliau yang berisikan jarah (kritik) di masa belakangan ini. Hal ini tidak bermaksud merendahkan beliau tetapi untuk membuka wawasan saudara-saudaraku ahlis sunnah yang belum memahami duduk permasalahan supaya dapat melihat dengan sebenarnya posisi beliau di sisi kebanyakan ulama di sana.

B. Masalah dan Keterangannya
Sudah dimaklumi bahwa Syaikh Rabi al-Madkhali hafizhahullah adalah seorang ulama yang dikenal gigih di dalam membela akidah dan manhaj ahlis sunnah wal jama’ah dan dakwah as-salafiyah. Di lain sisi yang harus diakui bahwa beliau juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan ketergelinciran sebagaimana yang lain. Perkataannya terkadang benar dan terkadang juga salah. Karenanya, terkadang diterima dan boleh juga ditolak. Dan ini kaedah yang saya kira diterima oleh seluruh ahlis sunnah dan atsar. Kesalahan seorang alim tidak menjatuhkan kehormatannya selama ia kembali/rujuk pada saat diperingatkan dengan kebenaran dan tidak bertahan di atas kesalahannya. Sebagaimana juga tidak dijatuhkan kehormatan seorang ulama yang tergelincir dalam suatu kesalahan selama ia dikenal sebagai seorang yang memiliki keutamaan besar dan berkedudukan di tengah umat.

Namun yang amat menyedihkan dan disayangkan, di sana didapati pada diri syaikh Rabi al-Madkhali hafizhahullah kesalahan-kesalahan dan ketergelinciran yang sejauh ini belum diketahui rujuknya dan bahkan terus berjalan menyelisihi kebenaran yang ada pada shahabat dan senior beliau dari para ulama di Arab Saudi. Di antara kesalahan yang dimaksud:

1. Mencela beberapa imam salaf seperti, imam Abu Hanifah, an-Nawawi, asy-Syaukani, Ibnu Hajar- rahimahumullah.

Dikutip dari situs : www.YouTube.com/watch?v=Fxpnapcgmfo , syaikh mengatakan :

...كذاب الذي يقول النووي سلفي, كذاب الذي يقول لك النووي سلفي أشعري جلد من أول كتابته في مسلم إلى آخره...
"Pendusta siapa yang berkata (imam) Nawawi seorang salafi, pendusta siapa yang berkata kepadamu (imam) Nawawi salafi. (ia) Asy’ari yang teguh (tulen), dari pertama ia menulis (syarah) sahih muslim sampai selesai…"

Perhatian: mengenai beberapa imam salaf yang lain yang tak luput dari celaan beliau bisa dikunjungi di:

Padahal sudah dimaklumi dalam kaedah interaksi dengan ulama, bahwa ulama yang telah memiliki keutamaan besar untuk Islam dan kaum muslimin, maka kesalahannya telah larut dalam lautan keutamaannya, dengan tanpa mengakui dan mengikuti kesalahannya serta menjatuhkan kehormatannya.[2]

Perkataan syaikh di atas mengandung beberapa bahaya:
- Perkataan bukan salafi, meskipun yang dimaksud syaikh adalah bukan salafi akidahnya dalam asma wa sifat (sebagaimana terlihat dari kontek kalimat) merupakan pemutlakan yang dapat mendatangkan anggapan tidak baik (su’uzhan) serta adab yang buruk kepada seorang ulama besar.

- Pernyataan syaikh bahwa imam Nawawi seorang asy’ari yang teguh (tulen) adalah jarah (kritik) yang berlebihan, yang setahu penulis belum pernah dinyatakan oleh seorang ulama pun sebelumnya kepada beliau. Kebiasaan ulama-ulama salaf terdahulu hingga kini adalah saling mendo’akan kebaikan dan memohonkan ampun atas ketergelinciran yang terjadi pada saudaranya. Memang imam Nawawi tergelincir di dalam permasalahan asma’ wa sifat, tetapi pernyataan seperti di atas jelas dapat menjatuhkan kehormatan dan kedudukan ulama di mata umat. Yang sebenarnya dengan istilah (tergelincir dalam permasalahan asma wa sifat atau terpengaruh faham asy’ari) sudahlah mencukupi untuk beliau–semoga Allah mengampuni beliau–rahimahullah.

2. Mengajak taklid kepada beliau
Pada suatu permasalahan yang diajukan kepada beliau, yaitu tentang pentingnya mengetahui permasalahan, baik itu fatwa atau semisalnya berikut dalilnya, Beliau berkata, sebagaimana dikutip dari situs: www.alathary.org/rabee/:

...تقليد قد يحتاج إليه الإنسان التقليد, الشافعي يقلد أحيانا وهو إمام يقلد التابعين...
"Taklid terkadang dibutuhkan oleh seseorang. (imam) Syafi’i terkadang juga taklid, padahal ia seorang imam, ia taklid kepada tabi’in…”

3. Berlebih-lebihan di dalam menyikapi lawan yang menyelisihi
Beliau mengatakan, sebagaimana dikutip dari situs: www.alathary.org/rabee/:

...أهل البدع أشر من الدجال...و مرة يقول, أشر من الشياطين, لأن البدع الآن وأهلها أساليب ولهم طرق ولهم نشاطات ويمكن ما كان يعرف الشياطين في الوقت الماضي...
"Ahli bid’ah lebih jahat/bahaya dari Dajjal…(di lain kesempatan beliau berkata), lebih jahat dari syaitan, sebab bid’ah dan para ahli bid’ah punya metode dan cara-cara dan juga spirit, yang mungkin cara-cara semacam itu tidak dikenal oleh syaitan di masa lalu…"

Perhatian:
  • Padahal belum pernah para ulama salaf dahulu mengucapkan ucapan sekeras ini kepada para penentangnya. Fitnah Dajjal adalah fitnah yang cukup besar, demikian pula syaitan musuh utama anak Adam, lalu adakah yang lebih berbahaya lagi dari Dajjal dan syaitan menurut syaikh?!
  • Dari sini akhirnya kita dapat mengenali betapa para pengikut pemikiran syaikh ini identik di dalam sikap dan perkataannya yang terlalu berlebihan kepada sesama ahlis sunnah terkadang dan terlebih kepada ahli bid’ah. Etika dan sikap pada saat mengkritik dan kaedah-kaedah kritik sudah tidak diindahkan sama sekali. Demikian pula ketergesa-gesaan dalam menvonis seseorang atau kelompok juga nampak pada para pengikut pemikiran syaikh ini. Semoga Allah memberi hidayah kepada semuanya.

4. Kesalahan dalam akidah
Beliau syaikh Rabi al-Madkhali hafizhahullah, sebagaimana dikutip dalam www.alathary.org/rabee/, juga dikritik atas permasalahan jenis amal, dimana beliau berkesimpulan bahwa jenis amal itu adalah syarat kamal iman (syarat kesempurnaan iman) dan bahwa iman itu pokok dan amal adalah cabang (penyempurna)[3]. Dan hal ini bukan karena kesalahan beliau berbicara sebab telah banyak masyaikh yang mengingatkan beliau tentang masalah ini namun beliau tetap pada pendiriannya. Dalam masalah akidah syaikh juga dikritik atas pertanyaan beliau yang membolehkan tanazul dari ushul pada saat darurat.

- Ini beberapa poin yang mudah saya bawakan dari perkara-perkara yang syaikh hafizhahullah menuai kritikan, dan meskipun di sana masih ada beberapa masalah yang menarik perhatian ulama lain, namun penulis kira hal di atas sudahlah cukup.
Untaian nasehat dan peringatan para ulama dalam masalah ini;

1). Syaikh Abdul ‘Aziz Alu Syaikh
Beliau memberikan penjelasan atas pertanyaan yang diajukan kepada beliau seputar tabdi’ dan tahdzir (pembid’ahan dan celaan) yang sedang marak di tengah masyaikh dan penuntut ilmu. Di situs:www.YouTube.com/watch?v=cjCdVeaMpdI dan juga www.YouTube.com/watch?v=M1IFetm8a5c, yang berjudul:

- مفتي السعودية عبد العزيز آل الشيخ يحذر من منهج الشيخ ربيع المدخلي الذي يفرق الأمة
- بيان خطأ منهج الشيخ ربيع المدخلي ومن على شاكلته لغلوه في الجرح والتجريح والطعن والتقسيم

- Mufti Arab Saudi Abdul Aziz Alu Syaikh memberi peringatan terhadap manhaj syaikh Rabi al-Madkhali yang menyebabkan perpecahan umat

- Penjelasan tentang kesalahan manhaj syaikh Rabi al-Madkhali dan yang semisal beliau terkait ghuluwnya dalam jarah (kritikan), cara mengkritik, mencela, dan mengkotak-kotakkan manusia

Di sana beliau memberikan nasehat secara umum agar masing-masing bertakwa kepada Allah dan menjauhi segala hal yang dapat menimbulkan permusuhan dan perpecahan. Sebagaimana beliau juga memperingatkan dari sikap berlebihan di dalam mengkritik serta bertakwa kepada Allah di dalam mengoreksi kesalahan orang lain.

2). Syaikh Shaleh Fauzan
Beliau menjawab pertanyaan seputar masalah tahdzir yang diajukan kepada beliau dan tentang anggapan bahwa bahwa ada seorang ulama jarah wa ta’dil di masa sekarang. Sebagaimana dikutip dari situs:www.YouTube.com/watch?v=YFiaNyHVEWc, beliau mengatakan,

علماء الجرح والتعديل في المقابر الآن, لا يوجد جرح و تعديل في هذا الزمان, الموجود الآن شتم وغيبة و نميمة في الدعاة والمشايخ. الجرح والتعديل ليس فلان فيه كذا وفلان قال كذا وتتبع أخطاء الدعاة, الموجود الآن شتم و غيبة ونميمة في الدعاة هذا ليس جرح و تعديل
"Ulama jarah wa ta’dil sekarang sudah di pemakaman. Tidak ada jarah wa ta’dil di zaman ini. Yang terjadi sekarang adalah celaan, ghibah, dan namimah (adudomba) di tengah para da’i dan masyaikh. Jarah wa ta’dil itu bukan ‘Si Fulan begini’ dan ‘Si Fulan berkata begini’, serta mencari-cari kesalahan para da’i. Yang terjadi sekarang adalah cercaan, ghibah, dan namimah di tengah para da’i, ini bukan jarah wa ta’dil…"

3). Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad
Pada sebuah kesempatan, sebagaimana dikutip dari situs: www.YouTube/watch?v=w8sZ5LmMRwk, syaikh Abdul Muhsin al-Abbad menyampaikan nasehatnya kepada syaikh Rabi al-Madkhali secara khusus. Kata beliau,

انشغل بما كنت عليه أولا من الجد والإجتهاد والعلم النافع, فلا نوافقك على ما يحدث في الأوان الأخيرة من تبديع العلماء, ولو رجعت على ما كنت عليه الألباني لكان أفضل و أنفع للمسلمين, فنحن نخالفك في هذه الفتنة التي حصلت...
"Giatkan dirimu seperti yang dulu, berupa keseriusan dan kesungguhan serta (giat) di dalam ilmu yang bermanfaat. Aku tidak setuju denganmu atas apa yang terjadi di hari-hari ini terkait pembid’ahan terhadap ulama. Seandainya engkau seperti dulu sewaktu (hidupnya) al-Albani tentulah lebih utama dan lebih bermanfaat terhadap kaum muslimin. Jadi Aku menyelisihimu tentang fitnah yang terjadi ini…"

4). Syaikh Abdullah al-Ghudayyan
Dalam suatu kesempatan tanya jawab yang terjadi antara syaikh al-Ghudayyan dengan salah seorang penuntut ilmu sebagaimana dikutip dari situs: www.YouTube.com/watch?v=wphsIzZwTzo, syaikh menjelaskan beberapa hal tentang jarah wa ta’dil, kemudian tentang tanazul dari ushul ketika darurat sebagaimana hal ini dibolehkan oleh syaikh Rabi al-Madkhali, demikian juga tentang jenis amal yang menurut syaikh Rabi adalah syarat kamal (syarat kesempurnaan) dan bukan syarat sah. Berikut petikan sebagian tanya jawab tersebut,

السائل: يا شيخ هناك من يقول أن الدكتور ربيع المدخلي حامل لواء الجرح و التعديل؟
الشيخ: لا, أنا لو صادفني في الطريق ما عرفته يمكن

Penanya: "Ya syaikh, ada yang berkata bahwa Dr. Rabi al-Madkhali adalah pembawa bendera (pemimpin) jarah wa ta’dil ?"

Syaikh: "Tidak, sekiranya ia berpapasan denganku di jalan, mungkin Aku tidak mengenalinya…" (sebagai seorang imam jarah wa ta’dil).

Sekilas profil ulama-ulama di atas…

1. Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh
Beliau lahir tahun 1362 H dan kehilangan penglihatan sejak usia 19 tahun. Sampai sekarang umur beliau telah mencapai 73 tahun–semoga Allah senantiasa menjaga kesehatan beliau. Akhir jabatan beliau adalah anggota Ha’iah Kibar Ulama dan Lajnah Da’imah lil’Ifta di masa syaikh al-Imam Ibnu Bazz masih hidup. Dan sewafat syaikh Ibnu Bazz beliau diangkat sebagai mufti kerajaan Arab Saudi sampai sekarang.

2. Syaikh Abdullah al-Ghudayyan
Beliau lahir tahun 1345 H. Dikenal sebagai ulama ahli ushul fikh. Guru beliau utamanya, syaikh Ibnu Bazz, syaikh Abdurrazzaq ‘Afifi, syaikh asy-Syinqithi rahimahumullah. Jabatan terakhir beliau adalah anggota Hai’ah Kibar Ulama dan Lajnah Da’imah. Beliau wafat tahun 2011 M kemarin dalam usia 86 tahun rahimahullah ta’ala.

3. Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr
Beliau lahir 1353 di daerah Zulfa. Sampai sekarang umur beliau 82 tahun–semoga Allah senantiasa menjaga kesehatan beliau. Guru beliau utamanya, syaikh Abdullah Mani’, syaikh Muhammad bin Ibrahim, syaikh Ibnu Bazz, syaikh asy-Syinqithi, syaikh Abdurrahman al-Afriqi rahimahumullah. Jabatan terakhir sebagai wakil Univ.Islam Madinah di masa syaikh Ibnu Bazz sebagai Rektornya. Dan sejak diangkatnya syaikh Ibnu Bazz sebagai Mufti beliau sebagai Rektornya. Di masa kepemimpinan dua syaikh ini, Universitas mengalami kemajuan yang cukup pesat, sampai-sampai ada yang mengatakan ‘itu Universitasnya Ibnu Bazz dan al-Abbad’. Meski kini beliau telah pensiun namun beliau tetap aktif mengajar di berbagai tempat dan kesempatan termasuk di masjid Nabawi.

3. Syaikh Dr. Shaleh Fauzan
Beliau lahir tahun 1354 H. Sampai sekarang umur beliau 81 tahun–semoga Allah senantiasa menjaga kesehatan beliau. Guru beliau utamanya, syaikh Ibnu Bazz, syaikh Abdurrazzaq Afifi, syaikh asy-Syinqithi, syaikh Abdullah Humaid rahimahumullah. Jabatan terakhir beliau sebagai anggota Hai’ah Kibar Ulama dan Lajnah Da’imah sampai sekarang. Kedudukan beliau dalam bidang fatwa telah mu’tabar di sisi jumhur ulama dan umat secara umum. Dalam sebuah situs: www.ar.islamway.net/scholar/99?ref=search , disebutkan:

تواترت الأخبار بأن سماحة الشيخ ابن باز لما سئل "من نسأل بعدك؟" فقال: "الشيخ صالح فوزان", فقيل "أنسأل فلانا؟" قال: "فلان فقيه ولكن اسأل الشيخ صالح. وقد سئل الشيخ محمد المنجد الشيخ ابن عثيمين في مرض موته: "من تنصحني أسأل بعدك يا شيخ؟" فقال الشيخ: "صالح فوزان وفلان و فلان...
Telah tersebar berita, ketika syaikh Ibnu Bazz ditanya, "kepada siapa (ya syaikh) kami bertanya setelahmu?” beliau menjawab, "syaikh Shaleh Fauzan." Ditanya lagi, "Apakah juga Fulan?" beliau menjawab, "Ya, Fulan seorang yang faqih, tapi bertanyalah kepada syaikh Shaleh." Sementara itu, syaikh Muhammad al-Munajid bertanya kepada syaikh Ibnu Utsaimin di saat sakit beliau yang mengantar kepada kematian, "Siapa yang engkau percayakan untuk Aku bertanya nanti setelahmu ya syaikh?" syaikh menjawab, "Shaleh Fauzan, dan Fulan..dan Fulan..

C. Nasehat
Mengakhiri tulisan ini, saya ingin menyampaikan beberapa patah nasehat untuk seluruh saudaraku ahlis sunnah:

1. Kepada para asatidzah hendaklah bertakwa kepada Allah dengan sebenarnya dalam masalah ini, yakni dengan:

  • Menjaga lisan dan sikap terhadap sesama da’i ahlis sunnah terutama yang tidak sefaham mungkin dalam perkara-perkara furu’. Dan sebaliknya, mendo’akan kebaikan untuk sesama du’at dan masyaikh ahlis sunnah secara umum.
  • Tidak terburu-buru menyampaikan hal-hal yang bersifat ijtihadi yang disana para ulama tidak ada kesepakatan tentangnya yang sekiranya dapat menimbulkan perselisihan dan perpecahan di tengah umat serta mencemarkan nama baik dakwah yang mubarakah ini.
  • Mendalami masalah ushul dakwah dan mengedepankan yang terpenting dan baru yang penting begitu seterusnya serta memperhatikan maslahat dan mafsadat yang timbul. Yang diharapkan dengan ini semua terwujudnya kebaikan dan tersebarnya akidah dan manhaj salaf ini di tengah-tengah umat islam. 

2. Kepada para penuntut ilmu hendaknya bertakwa kepada Allah dengan sebenarnya dalam masalah ini, yakni dengan:
  • Menggiatkan diri dalam ilmu yang bermanfaat dan amal saleh. Dan tidak larut dalam masalah khilafiyat yang merusakkan.
  • Tidak terburu-buru menyerap semua berita yang bernuansa fitnah kecuali setelah mencari kejelasan dari sumber-sumber yang tepercaya.
  • Memperhatikan adab-adab menuntut ilmu sampai benar-benar berhasil menguasai setiap disiplin ilmu yang dipelajari dari para asatidzah.


Demikian kesimpulan surat ini, saya memohon kepada Allah azza wa jalla dengan nama-nama-Nya yang husna dan sifat-sifatnya yang mulia agar memperbaiki hati dan amalan kita dan senantiasa menuntun kita di jalan yang dicintai dan diridhai-Nya sampai hari kita berjumpa dengan-Nya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله و صحبه أجمعين وآخر دعوانا ان الحمد لله رب العالمين

Kuala Simpang, malam ahad 26 Jumadil akhi 1435/26 April 2014
Eko Yuwono Abul Hasan

Penting
- Tulisan ini bukan untuk mengurangi kehormatan ulama, tetapi menunjukkan sisi ketergelinciran yang tidak boleh diikuti secara syara’. Kesalahan ini yang wajib ditinggalkan dengan tetap menghormati ulama dan mengambil faedah ilmu mereka.

- Tulisan ini bukan untuk mengingkari syar’inya jarah wa ta’dil ataupun inkarul munkar, tetapi yang diingkari adalah jarah (kritik) yang ghuluw, yang keluar dari koridor syar’i dan termasuk di dalam firman Allah ta’ala,

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٌ۬‌ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًا‌ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُڪُمۡ أَن يَأۡڪُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتً۬ا فَكَرِهۡتُمُوهُ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ۬ رَّحِيمٌ۬ 
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan menduga (mencurigai), karena sebagian dari dugaan itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?" (QS. al-Hujurat: 12). 

- Tulisan ini tidak berlaku seterusnya. Andaikata nanti diketahui rujuknya syaikh (dan ini yang selalu kita mohonkan kepada Allah) dari masalah-masalah yang beliau tergelincir padanya, maka dimohonkan tulisan ini untuk dimusnahkan.

- Tulisan ini hanya untuk kalangan sendiri dan bukan untuk kalangan awam.

***
[1] Untuk memastikan sisi syar’inya TV Rodja pembaca bisa membaca program-program siarannya berikut para pematerinya.
[2] Periksa keterangan imam Ibnul Qayyim dalam I’lam Muwaqqi’in (3/295) sebagaimana dinukil oleh syaikh Abdurrahman al-Luwaihiq al-Muthiri dalam Qawa’id Ta’amul ma’al Ulama hal 141.
[3] Ahlis sunnah berkeyakinan bahwa jenis amal merupakan syarat sah iman (syarthu sihhah), sebagaimana keterangan syaikh Abdullah al-Ghudayyan dan masyaikh yang lainnya dalam masalah ini. Sedangkan keyakinan jenis amal adalah syarat kesempurnaan iman (syarthu kamal) adalah akidah Murji’ah. Ahlis sunnah meyakini bahwa iman terdiri dari tiga unsur yakni, ucapan, keyakinan, dan amal yang tidak dapat dipisahkan. Simak keterangan syaikh Shaleh Fauzan di: www.YouTube.com/watch?v=oOzAC-jqD3k. 
http://hanifa-muslimaa.blogspot.com/2014/05/nasehat-untuk-saudarkau-ahlissunnah-1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar