Memahami Fitnah





 رَبَّنَا افْتَحْبَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ

Ya Rabb kami, berilahkeputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberikeputusan yang sebaik-baiknya.(QS. 7:89)

Segala puji hanya milikAllah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam. Amma Ba’du;

Allah Ta’aalaberfirman;


Manusiaitu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutuspara nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allahmenurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antaramanusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentangKitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitusetelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengkiantara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang berimankepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya.Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yanglurus. (QS. 2:213)


Diantara pokok perkara yang menjadi sebab perpecahan antar sesama Ahlussunnah belakangan ini adalah perbedaan mereka dalam menyikapi sebuah radio dakwah. Meskipun menurut pandangan saya masalah ini adalah diantara masalah-masalah yang tidak layak menjadi sebab perpecahan, akan tetapi Allah Yang Maha Adil menentukan lain. Dan tidak ada kejelekan dari apa yang Allah putuskan. Dialah Yang Maha Sempurna lagi Maha Bijaksana.

Tidak layaknya masalah ini menjadi sebab perpecahan karena: antara sesama pihak yang berselisih pada hakikatnya bersatu. Bukan hanya dalam pokok-pokok sunnah seperti yang banyak dijelaskan para imam Ahlussunnah di dalam tulisan-tulisan mereka, tapi juga dalam masalah-masalah kontemporer seperti masalah sikap kepada Ihya’ut-Turatsdan Sururiyin. Bahwa antara pihak yang bertikai sama-sama mentahdzir Ihya’ut-Turats dan Sururiyin. Jikalau sesama mereka menyadari besarnya nilai-nilai persamaan ini tentunya mereka akan saling menjaga dan beriringan mengajak manusia ke jalan Allah Ta’aala.

Oleh karena itu para ulama tidak mencap sesat kepada seseorang/pihak yang mengatakan Ali lebih utama daripada Utsman Radhiyallahu ‘Anhuma. Padahal pokok perkara ini disebutkan secara nash di dalam kitab-kitab sunnah dimana Ahlussunnah belakangan telah sepakat bahwa tertib susunan Khulafa’ur-Rasyidin dalam hal keutamaan sama seperti tertib susunan mereka dalam hal khilafah. Tapi terkait perkara siapa lebih utama antara Utsman dan Ali Radhiyallahu ‘Anhuma, ulama dahulu dan belakangan mentolerir perbedaan yang ada sebab perselisihan dalam masalah ini bukan termasuk perselisihan dalam pokok-pokok sunnah yang disepakati.

Ketika Al Imam Ahmad Rahimahullah ditanya tentang orang yang mengatakan: Abu Bakr, Umar, Ali kemudian Utsman Radhiyallahu ‘Anhum. Beliau berkata: Aku tidak suka pendapat ini. Dan ketika beliau ditanya lagi: Apakah dia mubtadi?’ Beliau menjawab: Aku tidak suka membid’ahkannya. Bid’ah itu berat. Al Khallal dalamAs-Sunnah (1/378)

Syaikhul Islam IbnuTaimiyah menjelaskan: Perkara ini bukan termasuk perkara pokok dimana orang yang menyelisihinya dicap sesat menurut jumhur Ahlussunnah. Tapi masalah yang menjadikan orang yang menyelisihinya dianggap sesat adalah masalah khilafah. Majmu’ Fatawa (3/153)

Poros Perselisihan& Cara Keluar darinya

Lalu apa poin perselisihan yang terjadi sekarang ini sehingga menyeret kepada perpecahan yang tidak perlu itu? Sejauh pengamatan saya, poin perselisihan itu adalah:Apakah pihak-pihak tertentu (person/kelompok) layak disematkan padanya sifat sururi/turatsi atau tidak. Sebagian mengatakan fulan sururi/turatsi, sedangkan selainnya mengatakan fulan sunni/salafi.

Maka sikap yang adil dalam masalah ini bukan mencap pihak yang mengatakan fulan sunni/salafi sebagai orang yang membela sururi/turatsi (hizbi), sebagaimana tidak layak bagi pihak sebaliknya mencap saudaranya yang mengatakan fulan sururi/turatsi (hizbi) sebagai orang yang telah mengeluarkan seorang salafy dari sunnah sembarangan. Melainkan sikap yang adil adalah melakukan studi yang komprehensif kemudian berupaya mencapai kesepakatan jika hal itu memungkinkan dan tetap berlapangdada jika kesepakatan belum bisa dicapai.   

Asal-usul Pertikaian

Pada dasarnya saya bukan orang yang pertama membolehkan mendengar Radio Rodja dan bukan juga orang satu-satunya.

Beberapa tahun yang silam, ketika saya masih menjadi pengajar di Madrasah Salafiyah di Depok,datang beberapa orang ikhwah menanyakan perihal seorang ustadz yang membolehkan mendengar Radio Rodja sebagai radio alternatif bagi orang-orang awam agarmereka tidak mendengarkan musik atau kerusakan lainnya yang ada pada umumnya radio-radio yang ada. Inilah awal dari semua musibah.

Karena banyak pihakmengetahui kalau kami ustadz-ustadz di Jakarta lebih senang menyibukkan diri dan ummat ini dengan ilmu yang bermanfaat. Hal ini bisa dilihat dari daurah-daurah yang kami adakan. Daurah kitab-kitab ulama salaf terdahulu yang tuntas pada 2-3 hari pertemuan. Begitu pula kajian-kajian pekanan kami yang berisikan materi-materi kitab yang kesemuanya tuntas dalam beberapa halqah pertemuan. Hal ini tidak lain semata-mata karunia dari Allah kemudian kondisi kami yang lebih mencintai ilmu daripada membicarakan fulan maupun allan.

Akan tetapi kondisi yang indah ini ternyata tidak membuat nyaman sebagian musyaghib(perusuh) yang menyusup ditengah-tengah kami. Para musyaghib ini tidak keluar dari dua kemungkinan: agen intelejen atau non salafy yang keduanya memiliki satu tujuan yaitu menyeret salafiyun kepada pertikaian antara sesama mereka sehingga meninggalkan tugas utama mereka berdakwah ke jalan Allah Ta’aala dalam arti yang sesungguhnya.
Para musyaghib sudah lama mensifati kami dan majlis-majlis kami yang teduh dengan tamyi’ataumumayyi’ (lembek), peristiwa ini jauh sebelum mencuatnya kasus radio.

Diantara contohnya adalah ketika penerimaan santri Madrasah Salafiyah angkatan ke 2 (kalau tidak salah). Ketika itu banyak dari muslimin awam yang mendaftar. Beberapa diantara mereka fans-nya da'i kondang Aa’ Gym. Dan mereka kami terima sebagai santri dengan harapan kelak mereka akan menjadi salafy. Toh mereka tinggal dilingkungan kami dan mendapat pengajaran dari kami. Tapi karena sikap ini, para musyaghib menuduh ma’had kami lembek kepada ahlulbid’ah dan tidak punya sikap yang jelas. Hasbunallahwa ni’mal wakil.

Masalah lainnya adalah kasus LIPIA. Dimana kami pada waktu itu memberikan kesempatan kepada santri-santri kami yang sudah tamat untuk melanjutkan pendidikan mereka kejenjang lebih tinggi dan formal. Sehingga beberapa mantan santri kami suksesmenjadi mahasiswa disana dan beberapa diantaranya saat ini sudah menamatkan pendidikannya.

Kasus-kasus ini dijadikan sasaran empuk para musyaghib untuk membelokkan arah dakwah dengan cara mengadudomba antara duat. Mengadukan sebuah kasus/sikap dari seorang da’i/ustadz  kepada da’i/ustadz lain, lalu ustadz tersebut mengeluarkan sebuah pernyataan biasanya tanpa tabayyun/cekricek dan tanpa melalui japri (jalur pribadi) kemudian terjadilah fitnah yang membuat wajah iblis Alla’iin tersenyum puas.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda;
إن الشيطان قد أيس أن يعبدهالمصلون في جزيرة العرب ، ولكن في التحريش بينهم 

Sesungguhnyasyaithan telah berputusasa untuk diibadahi orang yang shalat di Jazirah Arabakan tetapi (dia tidak berputus asa) dari mengadudomba diantara mereka. HR Muslimdari Jabir Radhiyallahu ‘Anhu.

Bersambung

Ust Jafar Shalih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar